Langsung ke konten utama

Yamaha Jupiter-Z, Tak Butuh Kompresi Tinggi!



Yamaha Jupiter Z besutan Fedri Effendy yang turun di kelas MP1 ini menjadi yang tercepat di Kejurnas MotoPrix Seri-I Region 2, Serang, Banten. Torehan waktu yang dibuatnya, konsisten bermain di 57,064 detik. Termasuk di race ke-2. Juga catat fastest lap 57,078 detik. Tapi, sejatinya Jupiter kelir merah-putih-biru ini tak butuh kompresi tinggi buat taklukan Stadion Maulana Yusuf!

“Sayangnya di race pertama gagal finish. Karena ada benturan pembalap lain. Di race ke-2 semua terjawab. Hasil ini sebagai tolak ukur dan modal kedepannya,” sebut Hasan Tandina, owner tim Yamaha Yamalube IRM PBM FDR NHK.

Lanjut! Seperti disebut di atas kalau Fedri enggak butuh power besar buat jinakan pacuannya. Sebab, Apri Wahyudi selaku tunner tim yang bermarkas di Jogja ini, beberapa kali malah turunkan kompresi Jupiter yang bermain di kelas bebek 125 cc 4-tak tune up seeded ini.

"Sebelumnya main di kompresi 12,8 : 1. Lalu diturunkan lagi jadi 12,6 : 1. Tapi, power masih kebesaran. Akhirnya dibikin jadi 12 : 1,” ungkap Apri yang punya dasar korek engine dari Sri ‘Ghandoel” Hartanto, sang paman sekaligus salah satu tunner senior tanah air.

Seting limiter dipatok di 14.500 rpm, Karburator Keihin PWK 28 mm, dukung akselerasi bawah
Sengaja kompresi diturunkan. Ini karena menyesuaikan gaya balap Fedri yang tak suka power bawah terlalu besar. Akibatnya ketika gas dibuka cepat, ban belakang jadi terlalu liar. Tapi, lewat kompresi yang diturunkan, pembalap bernomor start 98 ini pun bisa bejek gas tanpa perlu lama koreksi bagian belakang. Lepas tikungan, makin cepat!

Lalu untuk kepala silinder, dipapas 1 mm dengan bentuk kubah ikuti diameter piston. “Pernah coba kubah dibuat model bath tub. Tapi, malah kurang bagus. Beberapa kali mesin malah jebol,” tambahnya sembari bilang pakai bensol biru buat Jupiter ini.

Efek lain dari penurunan kompresi, dilakukan penyesuaian di seputar noken as. Kem alias noken as, durasinya diturunkan. Buat klep In, membuka 30º sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 63º setelah TMB (Titik Mati Bawah). Total durasi, jadi 273º.

Kalau melihat klep isap yang baru menutup mulai 63 setelah TMB, terlihat juga kompresi bersih cukup kecil. Menandakan power motor sangat smooth atau halus. Tidak membuat power galak.

Sedang buat klep ex, membuka 59º sebelum TMB dan menutup 37º setelah TMA. Total durasi buat klep buang, 276º. Jika dihitung secara keseluruhan, LSA (Lobe Separation Angle) jadi 104º. Punya LSA yang sedang.

“Sebelumnya sempat pakai durasi lebih tinggi. Tapi, power bawah masih kebesaran. Makanya diturunkan sedikit,” aku Apri.

Oh ya! Buat klep isap, dipakai merek EE yang diameternya dibuat jadi 29 mm. Klep buang, pakai Sonic dengan diameter 24 mm. Lalu, per klep andalkan per Jepang yang warna biru. (motorplus-online.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yamaha Mio Sporty, Pelatuk Roller Jadi Senjata!

Main di mana saja yang penting psiton 58 mm Hingga kini, Mio lansiran 2010 milik Marsyad selalu menang saat diadu balap trek lurus 500 meter malam hari. Senjatanya pamungkasnya, ada di pelatuk kem model roller! “Dari pertama buat sampai saat ini, motor belum pernah kalah. Asalkan, spek yang diadu sama dengan regulasi. Yaitu, pakai piston diameter 58,5 mm, klep aslinya, stroke standar dan pengapian masih tetap bawaan pabrik. Setiap menang, wajib hukumnya untuk bongkar mesin. Supaya tidak ada kejanggalan satu sama lain,” jelas Marsyad yang warga Tangerang, Banten itu. Lanjut! Pemakaian roller rocker arm bikin kinerja pelatuk dan kem jadi lebih ringan gesekan. Akibatnya, putaran mesin jadi tidak terbebani. Selain itu, panas yang dihasilkan bisa di bawah pelatuk biasa. Ini menggeser pelatuk model konvensional yang diusung Yamaha Mio Sporty. Soal racikan engine, Marsyad mempercayakan ke Abdul Syukur. Doi, mekanik dari bengkel Auto Sonic (AS) di Jl. Masjid Al-Gofur, Pondok Aren, Ta

Review SOUL GT (temen ane dari kaskus : ikhsanlie ►)

review awal testing hari jumat-sabtu kemarin (nilai plus): -Suara mesin halussss bgt overall puas ane gan -Stater lumayan haluslah walau gak sehalus new vario 125 ane,tp overall ane puas gan -Getaran mesin halus dibanding mio ade ane & nouvo z ane, ini mio soul GT getarannya halusss overall ane puas gan -Ergonomi & kenyamanan posisi riding overall ane puas gan (ane ada;ah seorang rider dengan berat badan 125kg & tinggi 170cm) -Kenyaman posisi berboncengan juga overall ane puas gan (posisi footstep boncengers nyaman gan) -Cahaya lampu utama depan sebaran diaspal cukup baik,fokus & terangnya menurut ane lebih bagus dibanding new vario 125 & nouvo z ane, jd overall ane puas juga (walau agak kecewa dengan adanya AHO ) -Bodynya,lekukannya,stripingnya & emblem mio GT nya ane puas banget gan,demen banget ane lihatin lekukan bodynya -Walaupun motor menurut ane cukup pendek, tapi entah mengapa tiap ane lewat poldur gak mentok gan, ane puas deh dibanding dulu

Paket Bore-Up 130 cc Honda Beat, Kompetisi Dan Harian Monggo!

OTOMOTIFNET - Buat motomania yang pilih Honda BeAT, tentu sudah merasakan ketangguhan dan keandalan mesinnya. Meski begitu, buat yang masih merasa kurang puas sama tarikan standarnya, bisa melakukan upgrade performa jadi 130 cc. Bisa dipakai buat harian atau turun di ajang resmi balap skutik. Maklum, di Tanah Air sedang ramai matic race (drag matic atau road race). Toh di arena kompetisi motor tanpa gigi (kelas 130 cc) di kancah motoprix sudah resmi masuk jadi MP7. Mau tau paket bore-up 130 yang ditawarkan bengkel? Gampang! Intinya, “Biar motor jadi tambah kenceng, maka yang harus dilakukan mengganti piston yang lebih besar,” ucap Jessi Ligasiswanto alias Coki, bos JP Racing di Jl. Cendrawasih No.6EF, Sawah Lama, Tangerang, Banten, salah satu penggarap skutik bore-up balap. Piston Demi tingkatkan volume ruang bakar, diganti produk aftermarket berdiameter lebih besar (gbr.1). Tujuannya agar bensin yang masuk ke ruang bakar lebih banyak, sehingga pembakaran meningkat. “Kal